Adsense Link 728 X 15;

Kecemasan yang Perlu Diwaspadai

Posted by Hi-Paint Saturday, April 26, 2014 0 comments
Terkadang kita tidak sadar, kita pernah cemas berlebihan sehingga melakukan tindakan berulang-ulang . Kita anggap itu biasa karena memikirkan sesuatu. Namun sebaiknya itu segera ditanggulangi, terlebih bila itu dilakukan usia anak-anak. Gejala seperti itu dinamakan OCD (Obsessive-compulsive disorder).

Obsessive-compulsive disorder (OCD) merupakan salah satu gangguan kecemasan yang muncul bahkan ketika masih anak-anak. Sebagian ahli berpendapat bahwa OCD juga dapat menurun dari orang tua kepada anaknya.
Para pengidap biasanya sering melakukan sesuatu secara berulang-ulang, yang diiringi perasaan cemas atau takut jika tidak melakukannya. Sebagai contoh, mencuci tangan, muka, atau merapikan barang-barangnya agar tersusun rapi dan teratur.

Nah, penelitian terbaru dari Amerika mengatakan bahwa ada cara yang tepat untuk menolong anak yang mengidap OCD. Jennifer Freeman, ketua tim peneliti dari Alpert Medical School of Brown University mengatakan bahwa Terapi Perilaku (Behavioral Therapy) yang melibatkan keluarga dapat membuat anak dengan OCD menjadi lebih baik.

“Saya sangat percaya bahwa terapi perilaku berbasis keluarga merupakan cara tepat untuk penanganan pertama pada anak dengan OCD,” papar Freeman seperti dikutip dari Reuters, Jumat (25/4/2014).

Pernyataan Freeman berasal dari hasil penelitian yang dilakukannya terhadap 127 anak dengan OCD yang berumur 5 hingga 8 tahun. Anak-anak tersebut dibagi menjadi dua grup yang berisi 63 dan 64 anak.

Grup pertama yang berisi 63 anak menerima terapi perilaku kognitif berbasis keluarga. Terap ini didisain untuk orang tua dan anak, dengan menekankan pentingnya memahami, mengatur dan mengurangi gejala-gejala OCD pada Anak. Isi terapi antara lain kelas-kelas untuk orang tua, latihan fisik serta simulasi bagaimana mengatasi obsesi pada anak.

Sementara itu, grup kedua berisi 64 anak yang juga diberikan terapi berbasis keluarga. Bedanya terapi yang mereka lakukan terapi relaksasi, tanpa memberikan aspek-aspek spesifik tentang OCD. Kedua kelompok melakukan terapi selama 14 minggu.

Hasilnya menunjukkan bahwa 72 persen anak yang mengikuti terapi perilaku kognitif mengalami peningkatan pada status kesehatan jiwanya. Sementara itu, hanya 41 persen anak yang mengalami peningkatan melalui terapi relaksasi.

“Penelitian ini membuktikan bahwa untuk menangani anak dengan OCD tidak cukup hanya dengan terapi relaksasi saja. Dibutuhkan terapi perilaku kognitif yang mengajarkan bukan hanya anak, tetapi juga orang tua tentang bagaimana mengatasi OCD,” pungkas Freeman.
Catatan penting: Setelah menyimak artikel "Kecemasan yang Perlu Diwaspadai" jangan lupa SHARE-nya ya.. makasih...